Posisi Rumah Yang Lancar Rejekinya





Pada jaman dahulu dalam masyarakat Jawa hampir tidak dijumpai rumah menghadap ke barat dan demikian pula halnya yang menghadap ke arah timur. Rumah orang biasa (masyarakat umum, bukan bangsawan, red) pada umumnya menghadap ke arah utara atau ke selatan. Sedangkan arah menghadap ke timur khusus dipergunakan untuk keraton.

Setiap arah mata angin dipercayai ditunggu oleh dewa, dan oleh karena itu ada makna simbolis tertentu untuk penentuan arah menghadap rumah yang berdasarkan pada empat mata angin. Keempat arah mata angin yang dijaga oleh dewa tersebut adalah;
(1) Timur ditunggui oleh Maha Dewa,
(2) Barat ditunggui oleh Batara Yamadipati,
(3) Utara ditunggui oleh Batara Wisnu, dan
(4) Selatan ditunggui Batara Brahma

Dalam mitologi Jawa, Batara Yamadipati adalah dewa kematian. Sehingga bagi orang yang mempercayai, arah menghadap ke barat harus dihindari karena secara simbolik berarti sama dengan mengharap kematian.

Adapun cara menentukan arah menghadap rumah adalah dengan menjumlah neptu (hitungan) hari kelahiran dan pasaran orang yang akan membangun rumah. Ketentuannya adalah sebagai berikut :
(1) Jika jumlah neptunya 7, 8, 13, 18, arah rumah menghadap ke arah utara atau ke timur,
(2) Jika jumlah neptunya 9, 14 arah rumah harus menghadap ke selatan atau ke timur,
(3) Jika neptunya 10 arah rumah harus menghadap ke selatan atau barat,
(4) Jika jumlah neptunya 11, 15, 16 arah rumah harus menghadap ke barat, dan
(5) Jika jumlah neptunya 12, 17 arah rumah harus menghadap ke utara atau ke barat.

Neptu hari: Ahad = 5, Senin = 4, Selasa = 3, Rabu = 7. Kamis = 8, Jum’at = 6, Sabtu = 9.
Neptu pasaran:
Kliwon = 8, Legi = 5, Pahing = 9, Pon = 7. Misalnya Anda lahir pada ahad pahing, maka jumlah neptu menjadi (ahad = 5) + (pahing = 9) = 14.

Berdasarkan penghitungan neptu tersebut maka Anda sebaiknya memiliki rumah menghadap arah selatan atau ke timur.

Sebagai seorang muslim haruslah meyakini bahwa rezeki seluruh makhluk ada ditangan Allah swt, termasuk rezeki manusia. Dan tak satu makhluk pun yang luput dari pemberian rezeki oleh Allah kepadanya, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud : 6)

Bahkan Allah swt telah menuliskan bagi setiap bayi yang akan terlahir rezekinya bersamaan dengan ajal, amal serta celaka atau bahagianya sebagaiamana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya tiap-tiap kalian akan dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqoh selama itu juga, kemudian menjadi mudhghoh selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh padanya. Lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata : rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka serta bahagianya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Allah pula lah yang menjadikan rezeki sebagian manusia dilebihkan dari sebagian lainnya dengan hikmah dan pengetahuan-Nya.

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf : 32)

Sebagai konsekuensi dari persyahadatan seorang muslim yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah adalah meyakini bahwa rezeki yang diterima atau didapat seluruhnya adalah berasal dari Allah swt, tidak diperbolehkan baginya untuk meyakini hal-hal yang berbau khurafat atau kemusyrikan didalam permasalahan rezeki ini, seperti : keyakinan bahwa letak arah rumah mempengaruhi rezeki yang didapatnya.

Akan tetapi apabila letak rumah strategis menjadi bahan pertimbangan seseorang didalam berbisnisnya yang dari situ diharapkan akan banyak pembelinya dan mendapatkan income berlebih maka hal ini dibolehkan, seperti : seorang yang ingin membuka sebuah toko lalu memilih rumah di pinggir jalan yang banyak dilalui orang. Hal demikian termasuk didalam kategori ikhtiyar (usaha) yang dibolehkan dan sebagai sebuah sebab baginya untuk mendapatkan income tambahan namun diharuskan baginya untuk meyakini bahwa rezeki atau pendapatannya itu adalah dari Allah swt dengan tetap bertawakal kepada-Nya.

Popular posts from this blog

Weton Minggu Kliwon, Watak dan Peruntungannya

Weton Rabu Kliwon, Wataki dan Peruntungannya

Watak Dan Peruntungan Minggu Pon