Puasa Weton Dalam Pandangan Islam
Puasa weton atau dalam bahasa sekarang berpuasa saat kelahiran kita ada yang menganggap boleh,baik bahkan ada yang ekstrim tidak boleh. Namun dalam pandangan agama Islam berpuasa sunnah boleh boleh saja, Adapun dalam timbangan syariat islam maka puasa weton (hari kelahiran) hukumnya dalah haram, alasannya adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada dalil yang memerintahkan atau menganjurkan puasa hari kelahiran.
Adapun puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Senin, Bukanlah karena hari Senin adalah hari kelahiran beliau. Akan tetapi, beliau berpuasa pada hari Senin karena di hari itulah amal setiap hamba dilaporkan kepada Allah, dan beliau ingin agar ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam keadaan berpuasa. Hanya saja, hari Senin ini bertepatan dengan hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalilnya sangat jelas sebagaimana Hadits dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa puasa setiap senin dan kamis.
Ketika beliau ditanya alasannya, beliau bersabda,
إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
“Sesungguhnya amal para hamba dilaporkan (kepada Allah) setiap senin dan kamis.”(HR. Abu Daud 2436).
Inilah yang menjadi alasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa senin dan kamis. Beliau ingin, ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam kondisi puasa.
Sebagaimana dinyatakan dalam riwayat lain, bahwa Usamah bin Zaidradhiyallahu ‘anhuma bertanya mengenai alasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamrajin puasa senin-kamis. Jawaban beliau,
ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Itulah dua hari, dimana amal para hamba dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Dan saya ingin, ketika amalku dilaporkan, saya dalam keadaan puasa.” (HR. An-Nasai 235)
Barangispa mengamalkan sebuah amalan dinamakan ibadah akan tetapi tidak ada perintah dan anjuran dari Allah ta'ala dan rasulnya maka amalan tersebut tertolak alias tidak diterima, tidak diberi pahala bahkan berdosa. Dalilnya dalah:
Dari Aisyah istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah/anjuran kami padanya maka tertolak.”(HR.Muslim 3/1343)
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang membuat ajaran baru dalam agama kami ini yang bukan darinya, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ .
"Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara barudalam agama, (sebab) sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du.Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru yang diada-adakan dalam agama, perkara baru yang diada-adakan dalama agama itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru yang diada-adakan dalama agama, setiap perkara baru yang diada-adakan dalama agama itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, )
Imam Asy-Syathibi Asy-Syafii berkata,:“Setiap orang yang mencari sesuatu amalan yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat (agama islam), berarti dia telah menyelisihi syariat. Dan setiap orang yang menyelisihi syariat, amalan dia di dalam penyelisihan itu adalah batil, (salah/jelek/sia-sia). Maka barangsiapa mencari sesuatu yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat, berarti amalannya juga batil.(Al-I’tisham karya Asy-Syathibi 2/358)
2. Adapun hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa sunnah di hari Senin. Dan salah satu alasannya adalah karena hari itu adl hari dimana beliau dilahirkan ke muka bumi
Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari sahabat Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat tentang berbagai macam puasa sunnah. Beliau ditanya tentang puasa dahr (puasa setiap hari), puasa Daud, dan puasa sunah lainnya.
Kemudian ada sahabat yang bertanya,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ
‘Beliau ditanya tentang puasa hari senin?’ jawaban beliau,
“Itu adalah hari aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai nabi).” (HR. Muslim )
Maka jika kita perhatikan baik-baik, hadits di atas tidaklah menunjukkan anjuran puasa ketika hari kelahiran (weton). Ada beberapa alasan yang mendukung hal ini,
a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan puasa hari senin, bukan dalam rangka menyebutkan alasan, tapi menjelaskan hukum. Sahabat bertanya kepada beliau tentang hukum berbagai puasa sunah, termasuk diantaranya puasa hari senin, bagaimana status puasa hari senin?. Beliau menjelaskan bahwa senin adalah hari yang mulia, karena pada hari itu beliau dilahirkan dan beliau diangkat sebagai nabi. Bukan dalam rangka memperingati hari kelahiran beliau. (Simak Dalil Falihin penjelasan Riyadhus Shalihin, Ibnul Allan, 7/61).
b. Yang menjadi alasan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa hari senin adalah sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadis Usamah bin Zaid diatas. Pada hadis ini, Usama betul-betul menanyakan apa sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa senin kamis. Beliau memberikan alasan bahwa pada hari itu, amal para hamba dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Dan beliau ingin ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam keadaan puasa.
Inilah alasan yang sejatinya, mengapa beliau merutinkan puasa senin – kamis. Karena itu, rutinitas beliau berpuasa senin, bukan dalam rangka mempuasai hari weton beliau.
c. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dikenal weton. Tidak ada istilah hari pasaran wage – kliwon – legi, dst. yang mereka kenal adalah nama hari satu pekan: Ahad, senin, selasa, dst. Dalam pelajaran sejarah islam, kita tidak pernah dikenalkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir hari senin wage, atau senin kliwon. Yang kita tahu secara pasti, beliau dilahirkan hari senin.
3. Tidak didapati seorang keluarga atau shahabat nabi-pun yang hidup dizaman Nabi melakukan puasa weton.
Dan kalau kita menengok praktek keluarga Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para shahabat nabi yang mulia, yang selalu berlomba dalam kebaikan sekecila papun, yang selalu mengamalkan ajaran nabi sekecil apapun, kita tidak menemukan bahwa mereka masing-masing sibuk berpuasa di hari kelahiran mereka. Yang mereka lakukan adalah berpuasa di hari kelahiran nabi Muhammad, yaitu hari Senin. Kita tidak mendapatkan Fatimah anaknya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam puasa dihari kelahirannya, Ali Bin Abi Thalib berpuasa dihari kelahirannya, abu bakar puasa dihari kelahirannya, ‘aisyah istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berpuasa dihari kelahirannya.
Di sinilah fungsi keluarga dan para shahabat, yaitu untuk dijadikan perbandingan dalam mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kita memang diharuskan mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, namun terkadang kita sering kali salah duga dan salah kira.
Maka praktek para shahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa dijadikan guide pembanding, barometer pemahaman dalam merealisasikan perkataan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, seperti apakah seharusnya ibadah yang kita lakukan dalam rangka mengikuti nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Imam Ibnu Katsir berkata:
وأما أهل السنة والجماعة فيقولون في كل فعل وقول لم يثبت عن الصحابة : هو بدعة ; لأنه لو كان خيرا لسبقونا إليه ؛ لأنهملم يتركوا خصلة من خصال الخير إلا وقد بادروا إليها .
“Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka mengatakan bahwa setiap amalan atau perbuatan yang tidak dilakukan oleh parasahabat, maka itu adalah amalan yang bid’ah. Karena “law kaana khoiron lasabaquna ilaih”, yaitu seandainya amalan tersebut baik, maka tentu para sahabat NAbi sudah terlebih dahulu melakukannya amalan tersebut. Karena mereka –para sahabat- tidaklah meninggalkan suatu kebaikan pun kecuali mereka lebih terdepan melakukannya.”(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, karya Ibnu Katsir, terbitan Ibnul Jauzi 6: 622)
4. Senadainyapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa sunnah di hari Senin. dengan salah satu alasannya adalah karena hari itu hari dimana beliau dilahirkan ke muka bumi.
Namun apakah hal itu juga sama berlaku untuk umatnya, yakni disunnahkan berpuasa di hari kelahirannya..???
Mengingat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pembawa risalah resmi dari Allah ta'ala. Ketika beliau melakukan ritual ibadah, alasan yang beliau kemukakan tentu sangat terkait dengan diri beliau sendiri.
Artinya, kalau beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa di hari Senin karena beliau lahir di hari itu, lantas puasa sunnah disyariatkan untuk dilakukan pada hari itu, maka kesimpulan hukumnya adalah kita disyariatkan untuk berpuasa di hari kelahiran beliau, bukan di hari kelahiran kita sendiri.Sebab yang lahir di hari Senin itu bukan seorang Muhammad sebagai seorang anak dari manusia biasa, melainkan yang lahir adalah seorang utusan Allah ta'ala yang mulia. Maka kita berpuasa di hari kelahiran seorang utusan Allah, bukan di hari kelahiran diri kita sendiri.
Apalagi hadits di atas masih diteruskan bahwa di hari Senin itu turun wahyu. Sebagaimana sabdanya: Itu adalah hari aku dilahirkan dan aku diutus sebagai nabi.(HR. Muslim ).Berarti topik hadits itu adalah keutamaan hari Senin, bukan keutamaan hari kelahiran tiap manusia.
Jadi untuk berpuasa weton sebenarnya tidak ada dasar hukum dalam Islam yang ada puasa sunnah hari senin atau kamis, tetapi masyarakat Jawa pada khususnya sudah terlalu biasa melakukan puasa weton sehingga penyerapan budaya terdahulu masih terlihat jelas di dalam pelaksanaannya.
Baca juga jodoh terbaik menurut weton
1. Tidak ada dalil yang memerintahkan atau menganjurkan puasa hari kelahiran.
Adapun puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Senin, Bukanlah karena hari Senin adalah hari kelahiran beliau. Akan tetapi, beliau berpuasa pada hari Senin karena di hari itulah amal setiap hamba dilaporkan kepada Allah, dan beliau ingin agar ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam keadaan berpuasa. Hanya saja, hari Senin ini bertepatan dengan hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalilnya sangat jelas sebagaimana Hadits dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa puasa setiap senin dan kamis.
Ketika beliau ditanya alasannya, beliau bersabda,
إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
“Sesungguhnya amal para hamba dilaporkan (kepada Allah) setiap senin dan kamis.”(HR. Abu Daud 2436).
Inilah yang menjadi alasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa senin dan kamis. Beliau ingin, ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam kondisi puasa.
Sebagaimana dinyatakan dalam riwayat lain, bahwa Usamah bin Zaidradhiyallahu ‘anhuma bertanya mengenai alasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamrajin puasa senin-kamis. Jawaban beliau,
ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Itulah dua hari, dimana amal para hamba dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Dan saya ingin, ketika amalku dilaporkan, saya dalam keadaan puasa.” (HR. An-Nasai 235)
Barangispa mengamalkan sebuah amalan dinamakan ibadah akan tetapi tidak ada perintah dan anjuran dari Allah ta'ala dan rasulnya maka amalan tersebut tertolak alias tidak diterima, tidak diberi pahala bahkan berdosa. Dalilnya dalah:
Dari Aisyah istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah/anjuran kami padanya maka tertolak.”(HR.Muslim 3/1343)
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang membuat ajaran baru dalam agama kami ini yang bukan darinya, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ .
"Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara barudalam agama, (sebab) sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du.Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru yang diada-adakan dalam agama, perkara baru yang diada-adakan dalama agama itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru yang diada-adakan dalama agama, setiap perkara baru yang diada-adakan dalama agama itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, )
Imam Asy-Syathibi Asy-Syafii berkata,:“Setiap orang yang mencari sesuatu amalan yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat (agama islam), berarti dia telah menyelisihi syariat. Dan setiap orang yang menyelisihi syariat, amalan dia di dalam penyelisihan itu adalah batil, (salah/jelek/sia-sia). Maka barangsiapa mencari sesuatu yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat, berarti amalannya juga batil.(Al-I’tisham karya Asy-Syathibi 2/358)
2. Adapun hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa sunnah di hari Senin. Dan salah satu alasannya adalah karena hari itu adl hari dimana beliau dilahirkan ke muka bumi
Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari sahabat Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat tentang berbagai macam puasa sunnah. Beliau ditanya tentang puasa dahr (puasa setiap hari), puasa Daud, dan puasa sunah lainnya.
Kemudian ada sahabat yang bertanya,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ
‘Beliau ditanya tentang puasa hari senin?’ jawaban beliau,
“Itu adalah hari aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai nabi).” (HR. Muslim )
Maka jika kita perhatikan baik-baik, hadits di atas tidaklah menunjukkan anjuran puasa ketika hari kelahiran (weton). Ada beberapa alasan yang mendukung hal ini,
a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan puasa hari senin, bukan dalam rangka menyebutkan alasan, tapi menjelaskan hukum. Sahabat bertanya kepada beliau tentang hukum berbagai puasa sunah, termasuk diantaranya puasa hari senin, bagaimana status puasa hari senin?. Beliau menjelaskan bahwa senin adalah hari yang mulia, karena pada hari itu beliau dilahirkan dan beliau diangkat sebagai nabi. Bukan dalam rangka memperingati hari kelahiran beliau. (Simak Dalil Falihin penjelasan Riyadhus Shalihin, Ibnul Allan, 7/61).
b. Yang menjadi alasan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa hari senin adalah sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadis Usamah bin Zaid diatas. Pada hadis ini, Usama betul-betul menanyakan apa sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa senin kamis. Beliau memberikan alasan bahwa pada hari itu, amal para hamba dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Dan beliau ingin ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam keadaan puasa.
Inilah alasan yang sejatinya, mengapa beliau merutinkan puasa senin – kamis. Karena itu, rutinitas beliau berpuasa senin, bukan dalam rangka mempuasai hari weton beliau.
c. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dikenal weton. Tidak ada istilah hari pasaran wage – kliwon – legi, dst. yang mereka kenal adalah nama hari satu pekan: Ahad, senin, selasa, dst. Dalam pelajaran sejarah islam, kita tidak pernah dikenalkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir hari senin wage, atau senin kliwon. Yang kita tahu secara pasti, beliau dilahirkan hari senin.
3. Tidak didapati seorang keluarga atau shahabat nabi-pun yang hidup dizaman Nabi melakukan puasa weton.
Dan kalau kita menengok praktek keluarga Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para shahabat nabi yang mulia, yang selalu berlomba dalam kebaikan sekecila papun, yang selalu mengamalkan ajaran nabi sekecil apapun, kita tidak menemukan bahwa mereka masing-masing sibuk berpuasa di hari kelahiran mereka. Yang mereka lakukan adalah berpuasa di hari kelahiran nabi Muhammad, yaitu hari Senin. Kita tidak mendapatkan Fatimah anaknya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam puasa dihari kelahirannya, Ali Bin Abi Thalib berpuasa dihari kelahirannya, abu bakar puasa dihari kelahirannya, ‘aisyah istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berpuasa dihari kelahirannya.
Di sinilah fungsi keluarga dan para shahabat, yaitu untuk dijadikan perbandingan dalam mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kita memang diharuskan mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, namun terkadang kita sering kali salah duga dan salah kira.
Maka praktek para shahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa dijadikan guide pembanding, barometer pemahaman dalam merealisasikan perkataan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, seperti apakah seharusnya ibadah yang kita lakukan dalam rangka mengikuti nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Imam Ibnu Katsir berkata:
وأما أهل السنة والجماعة فيقولون في كل فعل وقول لم يثبت عن الصحابة : هو بدعة ; لأنه لو كان خيرا لسبقونا إليه ؛ لأنهملم يتركوا خصلة من خصال الخير إلا وقد بادروا إليها .
“Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka mengatakan bahwa setiap amalan atau perbuatan yang tidak dilakukan oleh parasahabat, maka itu adalah amalan yang bid’ah. Karena “law kaana khoiron lasabaquna ilaih”, yaitu seandainya amalan tersebut baik, maka tentu para sahabat NAbi sudah terlebih dahulu melakukannya amalan tersebut. Karena mereka –para sahabat- tidaklah meninggalkan suatu kebaikan pun kecuali mereka lebih terdepan melakukannya.”(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, karya Ibnu Katsir, terbitan Ibnul Jauzi 6: 622)
4. Senadainyapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa sunnah di hari Senin. dengan salah satu alasannya adalah karena hari itu hari dimana beliau dilahirkan ke muka bumi.
Namun apakah hal itu juga sama berlaku untuk umatnya, yakni disunnahkan berpuasa di hari kelahirannya..???
Mengingat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pembawa risalah resmi dari Allah ta'ala. Ketika beliau melakukan ritual ibadah, alasan yang beliau kemukakan tentu sangat terkait dengan diri beliau sendiri.
Artinya, kalau beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa di hari Senin karena beliau lahir di hari itu, lantas puasa sunnah disyariatkan untuk dilakukan pada hari itu, maka kesimpulan hukumnya adalah kita disyariatkan untuk berpuasa di hari kelahiran beliau, bukan di hari kelahiran kita sendiri.Sebab yang lahir di hari Senin itu bukan seorang Muhammad sebagai seorang anak dari manusia biasa, melainkan yang lahir adalah seorang utusan Allah ta'ala yang mulia. Maka kita berpuasa di hari kelahiran seorang utusan Allah, bukan di hari kelahiran diri kita sendiri.
Apalagi hadits di atas masih diteruskan bahwa di hari Senin itu turun wahyu. Sebagaimana sabdanya: Itu adalah hari aku dilahirkan dan aku diutus sebagai nabi.(HR. Muslim ).Berarti topik hadits itu adalah keutamaan hari Senin, bukan keutamaan hari kelahiran tiap manusia.
Jadi untuk berpuasa weton sebenarnya tidak ada dasar hukum dalam Islam yang ada puasa sunnah hari senin atau kamis, tetapi masyarakat Jawa pada khususnya sudah terlalu biasa melakukan puasa weton sehingga penyerapan budaya terdahulu masih terlihat jelas di dalam pelaksanaannya.
Baca juga jodoh terbaik menurut weton